Jumat, 11 Agustus 2017

Yang Hilang Yang berganti

Pada yang telah lewat
Pada yang telah mati
Pada yang akan tumbuh
Pada yang bersemi

Pernah kita sama sama melewati segaris waktu
Di timpa canda dan kata kata rayuan
Di antara sedikit angin serta sejumput kecil ombak
Pasir putih sejauh mata

Pada yang telah lewat
Maafkan aku
Pada yang telah mati
Maafkan aku
Pada yang akan tumbuh
Maafkan aku
Pada yang bersemi
Maafkan aku

Sepertinya dunia ini
Masih ingin memainkan aku
dalam beberapa putaran lagi
Yang hilang terus menerus berganti
Yang menikam terus menerus bersampul kulit baru
Yang datang terus menerus mengisi hati

Tapi sungguh begitu
Aku masih merasa
bahwa diantara kita saling menyebut nama
Didalam do'a

Pontianak, ampera 12 Agustus 2017
YIA

Rabu, 27 Juli 2016

Lelaki dari Neraka 3

Lelaki dari neraka ini
Matanya bernanah
Hidung penuh borok
Mulutnya beraroma busuk

Dipandangnya wanita wanita yang bukan muhrim dengan syahwat
Diciumnya aroma aroma maksiat
Dimakannya harta riba, anak yatim, dan saudaranya sendiri
Ditumpuk untuk dirinya sendiri

Lelaki ini hendak bertaubat
Lelaki ini hendak kembali
Lelaki ini, ingin di hargai
Lelaki ini, ingin berhenti

Tak terulur tangannya meminta maaf
Tak terangkat tangannya berdo'a
Tak terjatuh kening nya bersujud
Tak tegap badannya untuk menghadap kiblat

Hatinya terkunci
Terkunci dari ampunan
 


Senin, 25 Juli 2016

Pinggan pinggan raja



Aku adalah pinggan pinggan sang raja
Dari tanah melayu seberang pulau
Retak dan terkadang berdebu
Dalam hempasan masa silam

Aku adalah pinggan pingga sang raja
Dari tanah yang dibakar dengan panas membara
Dibentuk oleh kelembutan tangan tangan pengerajin tembikar
Dan digiring hingga akhirnya masuk kedalam istana

Namun masa masa kejayaan sang raja telah usai
Pun demikian aku
Maka jadilah aku
seperti pinggan pinggan rakyat biasa

Pontianak
26 - 07 - 2016
Ya' Ismail Ahbar

Lelaki dari Neraka

Suami merasa tak dihargai dan kehilangan harga diri

Ketika ajakan berhubungan badan ditolak
Ketika nasehat dimentahkan
Ketika perkataan disanggah
Ketika ditanya petak tanah
Ketika ditanya petak rumah
Ketika anak berkata tidak
Ketika istri berkata tidak
Ketika mertua berkata tidak

Suami akan jatuh, dalam lubang nista kehampaan
Ketika tak dapat lagi bicara
Ketika terlalu memendam lama
Amarah
rasa frustasi

Padahal bertahun tahun bekerja
demi memberi makan, pakaian, rumah, tempat tinggal, kendaraan
Kepada wanita yang dia cintai
Yang tak ia kenal sebelumnya
Yang entahlah

dan  malam ini
akulah lelaki itu

Pontianak, 26 Juli 2016
01.04.00

Kamis, 21 Juli 2016

Kekasih ku

Masih mencoba mengenal mu

Wanita yang biasa terlelap disamping ku ini
Entah
Aku seperti kehilangan banyak sekali kata kata
Seperti linglung
Seperti aku ini telah lama berjalan hanya dengan kepala


Aku masih menerka nerka
Dalam pejamnya mata mu itu
Apakah bantal dan tilam yg ku belikan ini empuk
Apakah makan hari ini yang aku beri belanja terasa nikmat
dan
Apakah kau telah mengenal aku pula

Bertahun kita  jalani
Bertahun kita arungi
Aku jadi tahu
Gombalan tak membuat mu kenyang
Gombalan tak dapat membahagiakan mu selamanya

dan dalam kerasnya kehidupan
Aku masih mencoba memahami

Apakah aku sedang menyuapkan pucuk pucuk api neraka kepada mu
Atau aku sedang membawa mu
Berasama ku kepadaNya


Pontianak, 21 Juli 2016
dalam 3 tahun pernikahan
Ya' Ismail Ahbar

Kamis, 15 November 2012

Pada mu,,

Jika ada hari aku luka
Tangis mu sama dengan tangis kita
Ditengah-tengah kerinduan dalam keluasan semesta
Dan, aku pun sadar
Tersendiri kan kita pada kenyataan

Dan telah banyak mungkin
Darah berubah jadi nanah
Keringat kita
Cita-cita
dan atau bahkan mimpi kita pada sepetak sawah

Oh,, telah habis rupanya siang ini
Matahari beranjak senja
Terbias pada kemilau emas diatas sungai
Itulah, ya, itulah
Aliran angin lembut sejuk penghantar kaki-kaki perkasa pulang


Aku merasa harus duduk
Mengenangkan kembali masa-masa itu
Dimana rasa tanpa beban
tanpa bersalah
Tanpa dosa
Membuat tangis keluarga kita pecah dalam kesusahan

Ibunda,
Jika sesal selalu tak berarti dan datang diakhir
Ini aku, anak mu dengan sejuta mimpi-mimpi keluarga kita
Pada sepetak tanah dan cita-cita
Duhai
Tenanglah disana
Untuk sejuta alasan
Kami Ikhlas,,,,,

Risau biar jadi derau
Tangis ku biar cuma pecah dibatu
Rimba raya pun pasti mengerti
Selaksa bait-bait doa

Dan inilah Ibunda, aku anak mu
Dalam bentangan alam maha luas
Sajadah panjang kita tak kan pernah
Tak akan pernah
Tak akan pernah
Selalu terbentang
Selalu
dan akan selalu

Demi cita-cita mu yang belum usai,,,,,,